Jurrnalisme Warganet: Kini Semua Orang Punya Media Sendiri

Baca Juga

Kini semua orang punya media sendiri, jika mereka membuat akun di media sosial dan --apalagi-- kalau membuat website pribadi (blog). 

Kini era jurnalisme warga (citizen journalism) yang berkembang menjadi jurnalisme warganet (netizen journalism).

Tidak mesti menulis berita layaknya wartawan, hanya bermodal ponsel pintar (smartphone) atau HP Android/iPhone, plus data buat koneksi internet, semua orang bisa produksi dan publikasi informasi apa pun.

Dulu orang mengandalkan media massa atau pers untuk publikasi informasi. Kini ada media sosial dan blog gratis. Terutama media yang sering melahirkan foto, video, atau informasi viral dan berdampak luas, bahkan berdampak hukum.

Semua orang bisa posting atau publikasi apa pun di media sosial Facebook, Twitter, Instagram, YouTube, dan TikTok. Semua orang bisa menulis, memotret, dan merekam apa pun yang terjadi atau yang dialami.

Semua orang bisa bikin konten. Bahkan, rekaman kamera CCTV rumah pun bisa jadi konten dan disebarkan di media sosial.

Kelakukan polisi, PNS, atau pejabat anu teu baleg bisa dilaporkan masyarakat melalui media sosial, lalu dikutip oleh media massa, dan viral! Makanya, sing baleg mun jadi orang yang digaji negara untuk melayani masyarakat teh! :)

Era jurnalisme warga (citizen journalism) kini berkembang menjadi jurnalisme warganet atau warga internet (netizen journalism).

Warganet adalah singkatan dari warga internet. Netizen adalah singkatan dari internet citizen yang artinya warga internet. Netizen merupakan pengguna internet aktif, punya akun media sosial, dan aktif melakukan LKS (Like, Komen, Share).

Jika ingin punya media resmi, berupa situs berita, kini juga mudah. Anda tinggal cari dua orang teman, lalu daftar untuk bergabung dengan media jaringan seperti Pikiran Rakyat Media Network (PRMN) atau Promedia.

Kembali ke jurnalisme warganet. Jurnalistik bukan lagi monopoli wartawan atau perusahaan media. Semua orang bisa melakukan aktivitas jurnalistik. 

Bahayanya, mereka --orang-orang yang bukan wartawan-- tidak terikat kode etik jurnalistik ataupun etika pemberitaan. Risikonya, UU ITE bisa menjerat mereka. Ujaran kebencian, fitnah atau berita bohong (hoax), bisa membuat seseorang dipenjara!