Materi & Silabus Mata Kuliah Jurnalistik Cetak
By Romeltea | Published: March 4, 2019
Satuan Acara Perkuliahan (SAP), Rencana Perkuliahan Semester (RPS), atau Silabus Mata Kuliah Jurnalistik Cetak atau Jurnalistik Media Cetak. Pengertian, Jenis, Proses, dan Manajemen.
Selama menjadi dosen luar biasa, dosen praktisi, alias dosen honorer sejak awal tahun 2000, saya pernah sekali mengampu mata kuliah Jurnalistik Cetak (Print Journalism).
Sudah lama sekali. Waktu itu di Jurusan Komunikasi Universitas Kebangsaan Bandung.
Setelah itu, tidak pernah lagi mengajarkan mata kuliah tersebut, hingga kini, Februari 2019, bertemu lagi dengan mata kuliah yang pernah saya sebut sebagai "mata kuliah yang aneh".
Masih Perlukah Jurnalistik Cetak Dipelajari?
IMMHO, masih! Jurnalistik cetak masih esksis. Media cetak (print media) masih bertahan di era internet. Koran, tabloid, majalah, masih ada yang terbit dan bertahan hidup.
Masih banyak orang yang baca media cetak. Bahkan, saya pernah bilang, media cetak lebih kredibel dibandingan media online.
Survei Nielsen juga menunjukkan, media cetak lebih dipercaya ketimbang media siber (situs berita online).
Survei Nielsen juga menunjukkan, media cetak lebih dipercaya ketimbang media siber (situs berita online).
Nielsen mengungkapkan saat ini media cetak memiliki penetrasi 8% dan dibaca oleh 4,5 juta orang. Dari jumlah tersebut, 83%-nya membaca koran.
Berdasarkan profil pembaca, media cetak di Indonesia cenderung dikonsumsi oleh konsumen dari rentang usia 20-49 tahun (74%), memiliki pekerjaan sebagai karyawan (32%), dan mayoritas berasal dari kelas atas (54%). Fakta ini mengindikasikan pembaca media cetak masih produktif dan dari kalangan yang mapan.
Hasil survei Nielsen senada dengan temuan Zenith The ROI Agency di India. Menurut mereka, meski bisnis media cetak melesu dan tertinggal oleh media televisi dan digital, prospek surat kabar di India tetap cerah. Bahkan, koran akan terus mendominasi segmen media dalam tiga tahun ke depan. Media cetak akan memperoleh 38,9% dari total iklan 73.711 core pada 2020.
Masyarakat bertahan membaca media cetak karena mereka mempunyai kebutuhan akan informasi yang akurat untuk sumber referensi. "Meskipun artikel dengan topik sama ada di berita online atau ada di berita TV, untuk analisis yang sangat detail akan ditemukan di koran," tutup mantan jurnalis ini.
Karena media cetak atau jurnalistik cetak melibatkan banyak pihak, sehingga validitas, akurasi, dan kualitas beritanya terjaga.
Dalam jurnalistik cetak, sebuah berita melalui “banyak tangan” yang sengaja atau tidak disengaja turut melakukan penyuntingan. Sang layouter, misalnya, seringkali menemukan judul atau naskah yang salah ketik atau salah eja.
Dalam jurnalistik cetak, sebuah berita melalui “banyak tangan” yang sengaja atau tidak disengaja turut melakukan penyuntingan. Sang layouter, misalnya, seringkali menemukan judul atau naskah yang salah ketik atau salah eja.
Deadline yang lebih panjang pada media konvensional seperti koran, memungkinkan penulis mencari lebih banyak sumber agar tulisannya lebih berkualitas. Sumber tulisan itu bisa dari studi kepustakaan, observasi, maupun narasumber.
Alasan Media Cetak Masih Dibaca
Masih Ada yang Baca Media Cetak? Jawabannya masih.
Saya temukan thread kaskus yang menyebutkan lima alasan masih banyak orang tidak bisa meninggalkan media cetak:
1. Kebiasaan
Kebiasaan membaca koran atau majalah secara fisik membuat seseorang susah untuk mengubahnya. Terlebih, jika orang itu merupakan tipe pembaca buku fisik, akan merasa seperti tidak membaca jika tidak "mengebet" kertas.
2.Ulasan lebih dalam
Rata-rata tulisan di media online memiliki jenis artikel informasi yang singkat dan padat. Media online lebih mengutamakan kecepatan agar lebih up to date.
Membaca media cetak seperti majalah dan tabloid menjadi alasan banyak orang untuk mendapatkan ulasan lebih mendalam.
3. Lebih ekslusif
Banyak media cetak seperti majalah-majalah fashion, design, arsitektur dan lainnya yang dikemas lebih ekslusif dan berharga cukup mahal.
Karenanya, banyak orang merasa tertarik untuk tetap membeli majalah tersebut untuk bahan koleksi. Belum lagi jika ada sebuah majalah yang memiliki edisi khusus dengan bonus-bonus menarik.
4. Pusing Liat Layar
Tidak semua orang tahan membaca pada layar komputer atau tablet terlau lama. Mata lelah dan pusing menjadi alasan banyak orang untuk tetap membaca secara fisik.
5. Akses Internet
Pengguna internet di Indonesia dari tahun ke tahun jumlahnya memang bertambah pesat. Akan tetapi tidak semua wilayah mendapatkan akses internet yang cukup baik dan stabil.
3. Lebih ekslusif
Banyak media cetak seperti majalah-majalah fashion, design, arsitektur dan lainnya yang dikemas lebih ekslusif dan berharga cukup mahal.
Karenanya, banyak orang merasa tertarik untuk tetap membeli majalah tersebut untuk bahan koleksi. Belum lagi jika ada sebuah majalah yang memiliki edisi khusus dengan bonus-bonus menarik.
4. Pusing Liat Layar
Tidak semua orang tahan membaca pada layar komputer atau tablet terlau lama. Mata lelah dan pusing menjadi alasan banyak orang untuk tetap membaca secara fisik.
5. Akses Internet
Pengguna internet di Indonesia dari tahun ke tahun jumlahnya memang bertambah pesat. Akan tetapi tidak semua wilayah mendapatkan akses internet yang cukup baik dan stabil.
Oleh karena itu, media cetak konvensional seperti koran, tabloid, dan majalah masih banyak diminati sebagai sumber berita dan informasi.
Tetangga sekaligus teman saya, yang masih rutin ngantor malam, berangkat sore pulang malam atau pagi, masih bekerja di media cetak harian (koran). Saya tanya, masih banyak oplahnya?
Jawabnya, masih, tapi berkurang. "Daerah masih banyak yang langganan," katanya. Nah, daerah itu yang bermasalah dengan akses internet.
6. Media Cetak Lebih Kredibel
Dari thread di kaskus itu, saya tambahkan satu poin lagi, yaitu media cetak lebih kredibel atau terpercaya.
Jika ada informasi yang belum jelas, simpang-siur, maka media cetak akan menonfirmasinya, karena memiliki waktu hingga larut malam untuk check and recheck fakta.
Pengertian Jurnalistik Cetak
Jurnalistik cetak (print journalism) adalah jurnalisme yang dipraktikkan di media cetak, yaitu koran, tabloid, dan majalah.
Collin Dictionary mendefinisikan jurnalistik cetak sebagai "profesi atau praktik pelaporan tentang, memotret, atau mengedit berita untuk surat kabar atau majalah"
(the profession or practice of reporting about, photographing, or editing news stories for newspapers or magazines).
Dictionary juga menartikan jurnalistik cetak sebagai 'jurnalisme yang dilakukan di surat kabar dan majalah" (journalism as practiced in newspapers and magazines).
Medi cetak (print media) sendiri artinya sarana media massa yang dicetak dan diterbitkan secara berkala seperti surat kabar, majalah (Wiktionary).
Namun, secara umum, media cetak adalah segala jenis media yang membutuhkan proses cetak. Selain koran, tabloid, dan majalah, media cetak juga meliputi newsletter, buletin, banner, billboard, buku, brosur, flyer, spanduk, dll.
Itulah sebabnya mata kuliah ini dinamakan Jurnalistik Cetak atau Jurnalistik Media Cetak untuk merujuk pada proses jurnalisme di media massa cetak.
Jurnalistik cetak dipengaruhi oleh dua faktor, yakni faktor verbal dan visual.
- Verbal - pemilihan dan penyusunan kata, rangkaian kalimat, dan paragraf yang efektif dan komunikatif.
- Visual - Penataan, menempatkan, desain tata letak, atau hal-hal yang menyangkut segi perwajahan.
Karakteristik Jurnalistik Cetak
Karakter utama jurnalistik cetak adalah berita dipublikasikan melalui media cetak (printed media). Karakteristik lainnya sebagai berikut:
- Jurnalistik cetak melalui proses cetak dan panjang, meliputi peliputan, penulisan, penyuntingan, layout, dan percetakan.
- Melibatkan tata letak (layout), desain grafis, dan perwajahan (cover).
- Berita disebarluaskan dan berlaku dalam sehari. Harga koran biasanya turun saat sore dan malam hari.
- Sering terjadi salah cetak atau salah ketik sehingga ada ralat di edisi berikutnya.
- Memiliki berita utama (headline) yang ditampilkan secara menonjol di halaman depan (cover).
- Menyajikan berita atau informasi dalam bentuk teks (tulisan) dan gambar (foto).
- Penulisan dan jumlah berita dibatasi kolom dan halaman.
- Menggunakan bahasa jurnalistik secara ketat karena keterbatasan ruang (halaman).
- Mengenal tenggat waktu (deadline) –biasanya malam hari– karena harus segera cetak sebelum pagi.
- Hanya menyajikan peristiwa atau pendapat yg telah terjadi.
- Tidak dapat menyajikan pendapat narasumber secara langsung (live).
- Perioder terbit dibatasi oleh hari, minggu, bulan, dan tahun.
- Distribusi melalui transportasi darat, laut, dan udara.
Sejarah Jurnalistik Cetak
Sejarah jurnalistik cetak adala sejarah jurnalisme itu sendiri. Jurnalisme cetak dimulai dengan ditemukakannya mesin cetak oleh Johannes Gutenberg tahun 1455.
Dari penemuan mesin cetak, ditambah penemuan kertas oleh Cai Lun, lahirlah media cetak atau suratkabar, lalu berkembang dengan munculnya majalah, tabloid, buku, dan media cetak lainnya.
Jenis-Jenis Jurnalistik Cetak
Dari segi format atau ukuran kertas, jenis-jenis jurnalistik meliputi koran (suratkabar), tabloid, majalah, dan buletin/newsletter.Jenis-jenis media cetak itu juga dalam perkembangannya menunjukkan karakter isi yang berbeda-beda.
1. Koran (Newspaper Journalism)
Koran disebut juga surat kabar (newspaper). Karena biasanya terbit tiap hari, koran disebut juga harian (daily).
Koran biasanya menyajikan segala jenis informasi dan topik berita, termasuk berita politik, ekonomi, sosial, budaya, kriminilitas, teknologi, dan olahrga.
Koran adalah media cetak berukuran kertas broadsheet. Detail ukuran kertas bisa dicek di Paper Sizes.
Koran juga dibagi lagi menjadi:
- Koran nasional dan koran daerah
- Koran pagi dan koran sore
Koran juga berisi ragam jenis tulisan jurnalistik, mulai dari berita, opini, feature, hingga kolom dan advertorial.
2. Tabloid (Tabloid Journalism)
Tabloid adalah media cetak yang ukurannya setengah koran atau setengah broadsheet.
Format tabloid diperkenalkan untuk mereka yang selalu sibuk sehingga harus membaca koran mobil, bisa, dan kereta.
Dengan ukuran tersebut, mereka dengan mudah membaca koran tanpa harus membuka lebar-lebar, yang bisa mengganggu orang di sebelahnya.
Berbeda dengan koran yang terbit setiap hari, tabloid biasanya terbit setiap minggu atau dua minggu sekali.
Tabloid biasanya ditujukan pada pembaca yang memiliki waktu luang untuk membaca, sehingga isi pemberitaannya lebih mendalam berupa feature atau indepth reporting.
Isi tabloid biasanya fokus pada topik tertentu, misalnya gaya hidup, hiburan (selebritas), keluarga, remaja, dan olaharaga.
Dari format tabloid ini pula muncul jenis jurnalisme yang disebut Jurnalisme Tabloid.
3. Majalah (Magazine Journalism)
Majalah adalah media cetak dengan format ukuran kertas setengah ukuran dari tabloid dan biasanya lebih tebal.
Karena lebih tebal, halaman demi halaman diikat dengan kawat (diheker) atau lem, serta menggunakan sampul (cover) yang jenis kertasnya lebih tebal dan/atau mengkilap dibanding kertas halaman dalam.
Seperti halnya tabloid, majalah juga memuat pemberitaan ringan dan mendalam. Halaman majalah biasanya penuh warna (full color) dengan dominasi oleh gambar/foto.
Dari segi isi, ada jenis majalah berita umum --seperti Time, Tempo-- dan majalah khusus seperti majalah keluarga, majalah wanita, majalah Islam, majalah pria, dll.
4. Bulletin / Newsletter
Buletin atau Newsletter adalah media cetak dengan ukuran setengah kertas majalah dan biasanya diterbitkan oleh lembaga, perusahaan, organisasi, instansi, atau komunitas untuk kalangan internal.
Media ini biasanya hanya terdiri dari beberapa halaman, serta dibuat dengan konsep sederhana. Contoh populer adalah buletin masjid atau buletin Jumat.
Proses Jurnalistik Cetak
Proses jurnalistik cetak dikenal dengan istilah News Processing yang meliputi:- News Planning - Perencanaan isi berupa rapat redaksi, penugasan, pemilihan tema, penentuan narasmber, dll.
- News Hunting / News Gathering - peliputan, observasi, wawancara, riset data/dokumentasi.
- News Writing - Penyusunan naskah atau penulisan berita oleh wartawan/reporter.
- News Editing - Penyuntingan oleh editor.
- News Layouting - Tata letak, desain cover, penataan halaman, gambar/foto.
- Pre-Printing - Print Out hasil layout untuk dicek, termasuk "proof reading".
- Printing - Proses cetak, naik cetak, masuk percetakan.
- Packing - Pengepakan hasil cetak.
- Distributing - Penyebaran, sirkulasi, penyaluran ke agen, pengecer, atau pelanggan.
Khusus proses pemberitaan, gambaran ringkas proses jurnalistik cetak itu begini:
- Wartawan (reporter) meliput, lalu menulis, mengedit, dan hasilnya diserahkan ke editor atau redaktur atau penanggung jawab rubrik (jabrik).
- Editor menyeleksi sekaligus mengedit kembali naskah berita dari wartawan. Jika redaksi memiliki editor bahasa, itu naskah diperiksa lagi oleh sang redakur bahasa, lalu hasilnya kembali ke editor.
- Dari editor, sering itu naskah juga diperiksa oleh redaktur pelaksana atau pemimpin redaksi. Setelah kembali ke editor, baru diserahkan ke bagian layout.
- Nah, saat layout, seriang ditemukan kesalahan redaksional ataupun faktual.
- Jika layout selesai, sebelum dicetak, biasanya diprint dulu. Hasil print out itu diperiksa lagi oleh "proof reader", yaitu orang yang bertugas mengecek akurasi penulisan kata.
- Dari tangan proof reader, jika ditemukan salah ketik (typo), kembali ke layout, diperbaiki. Jika sudah selesai, baru naik cetak.
Manajemen Jurnalistik Cetak
Manajemen jurnalistik media cetak itu dibagi menjadi tiga bagian:- Redaksi (Editor Departement) - Dipimpin oleh Pemimpin Redaksi (Pemred)
- Pemasaran (Business Department) - Dipimpin oleh Manajer Pemasaran atau Pemimpin Usaha.
Bagian Redaksi
Bagian Redaksi tugasnya mengelola bagian isi media, yakni meliput, menyusun, menulis, atau menyajikan informasi berupa berita, opini, atau feature.
Orang-orang yang bertugas di bagian redaksi, mulai Pemred hingga Reporter, disebut wartawan.
Struktur Organisasi Redaksi Media Cetak umumnya sebagai berikut:
- Pemimpin Redaksi (Chief Editor/Editor in Chief)
- Redaktur Pelaksana (Managing Editor) (opsional)
- Reaktur (Editor)
- Koordinator Reporter/Koordinator Liputan (opsional)
- Reporter & Fotografer
- Koresponden -- reporter yang bertugas di daerah/luar kota.
- Kontributor --reporter yang tidak terikat secara formal, termasuk penulis lepas (artikel) dan kolumnis.
Ada pula yang disebut Staf Ahli atau Redaktur Ahli, yakni orang-orang yang memiliki keahlian di bidang keilmuwan tertentu yang sewaktu-waktu masukan atau pendapatnya sangat dibutuhkan redaksi untuk kepentingan pemberitaan atau analisis berita.
Di jajaran redaktur biasanya ada Redaktur Pracetak yang membidangi tugas Desain Grafis (Setting, Lay Out, dan Artistik).
Job Deskription atau gambaran tugas Pemred hingga kontributor selengkapnya ada di buku saya, Jurnalistik Terapan (Batic Press, 2001).
Bagian Usaha
Bertugas menyebarluaskan media massa, yakni melakukan pemasaran (marketing) atau penjualan (saling) media massa.
Bagian ini merupakan sisi komersial meliputi sirkulasi/distribusi, iklan, dan promosi. Biasanya, bagian pemasaran dipimpin oleh seorang Pemimpin Perusahaan atau Manajer Pemasaran (Marketing Manager) yang membawahkan Manajer Sirkulasi, Manajer Iklan, dan Manajer Promosi.
Demikian Materi & Silabus Mata Kuliah Jurnalistik Cetak. Wasalam. (www.romelteamedia.com).*
Daftar Pustaka: Referensi Jurnalistik Cetak
- Romli, Asep Syamsul M. Jurnalistik Terapan: Pedoman Kewartawanan dan Kepenulisan; Bandung, Batik Press. 2005.
- Romli, Asep Syamsul M., Jurnalistik Praktis untuk Pemula, Bandung, Remaja Rosdakarya, 1996.
- Djuroto, Totok. Manajemen Penerbitan Pers. Bandung, Remaja Rosdakarya, 2000.
- Achmad, Zainal Abidin. Ayo Membuat Surat Kabar, Pengenalan Dasar Jurnalistik Media Cetak. Lutfansah Mediatama, 2014.
Previous
« Prev Post
« Prev Post
Next
Next Post »
Next Post »
No comments on Materi & Silabus Mata Kuliah Jurnalistik Cetak
Post a Comment