Teknik MC - Salah Kaprah dalam Memandu Acara
By Romeltea | Published: July 4, 2018
Buku Kiat Memandu Acara: Teknik MC & Moderator. Penerbit: Nuansa. |
KITA sering mendengar seorang pemandu cara atau Master of Ceremony (MC) mengatakan "waktu dan tempat kami persilakan".
Selain itu, kita juga sering mendengar atau menyaksikan pembawa acara mengatakan "untuk mempersingkat waktu" dan "menginjak acara".
Ketiga frasa atau ungkapan tersebut merupakan salah kaprah dalam membawakan acara atau menjadi MC.
Karena merupakan kekeliruan, maka ketiga kalimat tersebut harus dihindari dalam memandu atau membawakan sebuah acara.
Waktu dan Tempat Kami Persilakan
Ungkapan "waktu dan tempat kami persilakan" bisa dibilang "salah kaprah", yaitu kesalahan yang berulang-ulang, sering dilakukan, diikuti oleh banyak orang, dan tidak ada yang mengoreksinya sehingga dianggap benar.Kenapa ungkapan "waktu dan tempat kami persilakan" itu salah, keliru, atau tidak tepat? Ini alasannya:
Pertama, kalimat "waktu dan tempat kami persilakan" itu termasuk kalimat yang "tidak logis" alias "tidak dapat diterima akal yang sehat".
Yang mau ngasih sambutan/ngisi acara siapa? 'Kan bukan "waktu dan tempat"? Lalu, kenapa mempersilakan "waktu dan tempat"?
Jadi, ungkapan "waktu dan tempat kami persilakan" itu salah karena "mempersilakan waktu dan tempat" untuk memberi sambutan/mengisi acara.
Lucu kali ya, kalo ada orang yang dipersilakan memberi sambutan, lalu diam saja. Ketika ditanya kenapa diam saja, ia berkata: "Lho, yang dipersilakan 'kan waktu dan tempat, bukan saya!"
Kedua, oke, semua orang ngerti, bahwa yang dipersilakan adalah pengisi acara, misalnya ketua panitia, untuk memberikan kata sambutan.
Tapi, nanti jangan salahkan sang pengisi acara kalau dia duduk seenaknya, berdiri seenaknya, dan berbicara lamaaaaaa sekali...! Lho, 'kan waktu dan tempat dipersilakan, jadi terserah dia dong? Mau bentar kek, mau lama kek, terserah dia, lha wong waktunya sudah dipersilakan kok!
Jadi, yang benar --secara bahasa-- adalah... "kepada Kang Romel, kami persilakan...!" plus "komunikasi interpersonal" kepada sang pengisi acara, dengan suara pelan, personally langsung kepada sang pengisi acara: "...silakan, Pak/Bu..!" atau "mangga, Pak/Bu...!" jika acaranya nonformal.
Bagaimana dengan DISILAKAN atau DIPERSILAKAN?
Ungkapan disilakan sering kita dengar di acara formal. Kata lainnya adalah "dimohon", misalnya "hadirin dimohon berdiri" atau "hadirin dimohon duduk kembali".
Disilakan, dipersilakan, atau dimohon adalah kalimat pasif. Kalimat lengkapnya: disilakan/dimohon oleh xxx. Pertanyaannya, siapa yang menyilakan, mempersilakan, atau memohon? Siapa yang menyialakan pengisi acara tampil? Siapa yang memohon hadirin berdiri?
Jadi, ungkapan disilakan/dimohon secara bahasa tidak tepat. Yang tepat adalah "kami silakan", "kami persilakan", atau "kami mohon untuk berdiri".
Siapa "kami"? "Kami" adalah pemandu acara sebagai wakil panitia, wakil penyelenggara acara, atau atas nama tuan rumah.
Bagaimana dengan DISILAKAN atau DIPERSILAKAN?
Ungkapan disilakan sering kita dengar di acara formal. Kata lainnya adalah "dimohon", misalnya "hadirin dimohon berdiri" atau "hadirin dimohon duduk kembali".
Disilakan, dipersilakan, atau dimohon adalah kalimat pasif. Kalimat lengkapnya: disilakan/dimohon oleh xxx. Pertanyaannya, siapa yang menyilakan, mempersilakan, atau memohon? Siapa yang menyialakan pengisi acara tampil? Siapa yang memohon hadirin berdiri?
Jadi, ungkapan disilakan/dimohon secara bahasa tidak tepat. Yang tepat adalah "kami silakan", "kami persilakan", atau "kami mohon untuk berdiri".
Siapa "kami"? "Kami" adalah pemandu acara sebagai wakil panitia, wakil penyelenggara acara, atau atas nama tuan rumah.
Bayangin aja, bagaimana jika ketika MC mengatakan "hadirin dimohon berdiri", lalu ada di antara hadirin yang bertanya: "siapa yang memohon kami untuk berdiri?" atau "siapa yang menyilakan kami duduk kembali?"
Menginjak Acara
Selain "Waktu dan Tempat Kami Persilakan", ungkapan salah kaprah lainnya yang sering dilakukan pemandu acara (MC) adalah ungkapan "menginjak kepada acara selanjutnya".Ini namanya Kekerasan dalam MC (KDMC) ^_^! Acara kok diinjak? Jadi, hindari penggunakan ungkapan "menginjak acara". Ganti dengan, misalnya, "acara berikutnya", "acara selanjutnya", "kini saatnya kita persilakan...".
Untuk Mempersingkat Waktu
Satu lagi salah kaprah dalam teknik MC, yakni ungkapan "untuk mempersingkat waktu".Waktu bisa disingkat gitu? Kagak bisa dong! Waktu mah mengalir alamiah, natural. Detik tidak bisa dipercepat. Pergerakan jarum jam sudah "standar" begitu, tidak bisa diubah-ubah, kecuali jamnya error!
Jadi, bagaimana dong...?
Ya... hindari pengucapan "mempersingkat waktu" dan tidak usah diganti dengan ungkapan apa pun. Langsung saja ucapkan: "Baiklah hadirin, mari kita mulai acara pertama, yaitu pembukaan..." atau "Hadirin yang berbahagia, mari kita awali acara kita dengan basmalah...."
Masih adakah salah kaprah MC selain "waktu dan tempat kami persilakan", "menginjak acara", dan "mempersingkat waktu"? Wasalam. (www.romelteamedia.com).*
Previous
« Prev Post
« Prev Post
Next
Next Post »
Next Post »
kereeennn .. ^_^
ReplyDeletenice bgt artikelnya n bermanfaat buat temen2 saya yg lain..
smga brmanfaat
Bagus,
ReplyDeleteMakasih saudaraku.. sangat terbantu👍👍
ReplyDeleteSy kurang sepakat dg poin 1. Sy rasa kita sudah paham bahwa waktu dan tempat dipersilahkan maksudnya kita memberikan waktu dan tempat kepada pembicara, bukan waktu dan tempat kita anggap sebagai person yg disuruh berbicara, ini tergantung bagaimana orang menafsirkan. Pun kalau jd seenaknya pembicara mau ngapain, berapa lama, dll, sy rasa jg tidak logis, pasti sudah mafhum secara umum ya waktunya terbatas dan kesempatannya hanya beberapa waktu, bukan seenaknya sendiri. Trus untuk disilahkan, sy rasa jg sudah mafhum, tak ada orang yg akan menanyakan "siapa yg menyilahkan", itu oertanyaan aneh lah..masa iya mau tanya itu...itu sudah mafhum. Menurut sy begitu ☺
ReplyDeleteSilakan... bukan pelanggaran pidana kok, ini soal kalimat logis dan tidak logis. Bebas kok pak... :)
Deletehadirin yg berbahagia berpotensi salah kaprah ga kak? sapatau ga semua yg hadir itu bahagia.. hehe
ReplyDeleteSaya kira semuanya benar, bahasa itu banyak versi. Ada yang menggunakan bahasa sastra, ibarat. Anonim, majas dll. Semuanya berlaku di tengah masyarakat,
ReplyDelete