Pengertian Jurnalisme Warganet: Citizen Journalism Era Internet
By Romeltea | Published: December 31, 2017
Pengertian Jurnalisme Warganet: Citizen Journalism Era Internet.
Credit: dc4mf.org |
Jurnalisme Warganet (Netizen Journalism) adalah praktik jurnalistik warga internet. Istilah Jurnalisme Warganet berasal dari konsep jurnalisme/jurnalistik dan warga internet (warganet, netizen, citizen of the internet).
Jurnalisme adalah proses produksi dan publikasi informasi peristiwa aktual (berita) atau penyebarluasan berita. Warganet adalah orang yang aktif di internet dengan menulis status update di akun media sosial dan/atau blog, berbagi (sharing) informasi, dan komentar (commenting).
Konsepnya sama dengan Jurnalisme Warga (Citizen Journalism), yaitu praktik jurnalistik yang dilakukan warga biasa atau bukan wartawan profesional.
Praktik Jurnalistik dimaksud adalah produksi dan publikasi informasi peristiwa terkini (berita).
Jurnalisme Warganet menjadi penyebab utama banjir infomasi (flood of information) dan berkembangnya informasi bohong atau berita palsu (hoax).
Perbedaan utama jurnalisme netizen dengan jurnalisme wartawan profesional adalah disiplin verifikasi, yakni cek dan ricek kebenaran, karena berita yang disebarkan wartawan profesional bukan hanya menyangkut tanggung jawab dan kredibilits pribadinya, tapi juga tanggungjawab/kredibilitas media tempatnya bekerja. (dc4mf)
Jurnalis Warganet tidak terbebani disiplin verifikasi, apalagi mereka bisa menggunakan akun anonim, akun bodong, atau akun palsu. Bebasnya orang menggunakan nama palsu bahkan anonim inilah yang menumbuhsuburkan hoax, juga ujaran kebencian (hate speech) dan pelanggaran UU ITE.
Hasil Riset Ericsson (2016) menunjukkan, jurnalis warganet (netizen journalist) berkembang seiring perkembangan intenet.
Penelitian tersebut dilakukan di 24 negara itu menunjukkan Jurnalisme Warganet akan semakin populer ke depan. Kegiatan mencari, mengolah, hingga menyebarluaskan informasi sudah bisa dilakukan oleh siapa saja. (Jawa Pos).
Ulasan tentang Netizen Journalism di laman Columbia menyebutkan, Jurnalisme Warganet memunculkan bentuk baru berita (new forms of news).
Sisi baik jurnalisme warganet antara lain berkembangnya jurnalisme anjing penjaga (watchdog journalism) sebagaimana diulas di laman Oh My News.
Media publikasi karya jurnalisme warganet adalah media sosial --terutama Facebook, Twitter, Youtube, dan Instagram-- serta blog. Apalagi desain tampilan blog bisa menyerupai bahkan lebih bagus dari situs web berita.
Jurnalisme Warganet tidak terikat kode etik secara khusus. Namun, warga biasa yang mempraktikkan jurnalistik di internet terikat dengan etika internet (netiket), yaitu sopan-santun dalam berkomunikasi di internet. (Baca: Manifesto dan Etika Internet).
Jurnalisme Warganet membuat informasi terkini tentang sebuah peristiwa menjadi lebih cepat tersebar, terutama di Twitter. Contoh, informasi seputar peristiwa gempa bumi pertama kali akan muncul di media sosial sebelum dibuatkan berita oleh media-media mainstream.
Risikonya, warganet yang tidak takut dosa alias tidak beradab akan menyebarkan berita bohong (hoax), terutama dalam bentuk gambar (foto).
Karenanya, jangan mudah percaya dan asal share informasi yang disebarkan warganet, apalagi akunnya terindikasi baru, palsu, dan tidak kita kenal.
Di sinilah wartawan profesional atau media-media mainstream memegang peran penting dalam hal informasi terpercaya karena kredibilitas mereka menjadi taruhan jika menyebarkan hoax atau informasi palsu. Wasalam. (www.romelteamedia.com).*
Jurnalisme adalah proses produksi dan publikasi informasi peristiwa aktual (berita) atau penyebarluasan berita. Warganet adalah orang yang aktif di internet dengan menulis status update di akun media sosial dan/atau blog, berbagi (sharing) informasi, dan komentar (commenting).
Konsepnya sama dengan Jurnalisme Warga (Citizen Journalism), yaitu praktik jurnalistik yang dilakukan warga biasa atau bukan wartawan profesional.
Praktik Jurnalistik dimaksud adalah produksi dan publikasi informasi peristiwa terkini (berita).
Jurnalisme Warganet menjadi penyebab utama banjir infomasi (flood of information) dan berkembangnya informasi bohong atau berita palsu (hoax).
Perbedaan utama jurnalisme netizen dengan jurnalisme wartawan profesional adalah disiplin verifikasi, yakni cek dan ricek kebenaran, karena berita yang disebarkan wartawan profesional bukan hanya menyangkut tanggung jawab dan kredibilits pribadinya, tapi juga tanggungjawab/kredibilitas media tempatnya bekerja. (dc4mf)
Jurnalis Warganet tidak terbebani disiplin verifikasi, apalagi mereka bisa menggunakan akun anonim, akun bodong, atau akun palsu. Bebasnya orang menggunakan nama palsu bahkan anonim inilah yang menumbuhsuburkan hoax, juga ujaran kebencian (hate speech) dan pelanggaran UU ITE.
Hasil Riset Ericsson (2016) menunjukkan, jurnalis warganet (netizen journalist) berkembang seiring perkembangan intenet.
Penelitian tersebut dilakukan di 24 negara itu menunjukkan Jurnalisme Warganet akan semakin populer ke depan. Kegiatan mencari, mengolah, hingga menyebarluaskan informasi sudah bisa dilakukan oleh siapa saja. (Jawa Pos).
Ulasan tentang Netizen Journalism di laman Columbia menyebutkan, Jurnalisme Warganet memunculkan bentuk baru berita (new forms of news).
Sisi baik jurnalisme warganet antara lain berkembangnya jurnalisme anjing penjaga (watchdog journalism) sebagaimana diulas di laman Oh My News.
Media publikasi karya jurnalisme warganet adalah media sosial --terutama Facebook, Twitter, Youtube, dan Instagram-- serta blog. Apalagi desain tampilan blog bisa menyerupai bahkan lebih bagus dari situs web berita.
Jurnalisme Warganet tidak terikat kode etik secara khusus. Namun, warga biasa yang mempraktikkan jurnalistik di internet terikat dengan etika internet (netiket), yaitu sopan-santun dalam berkomunikasi di internet. (Baca: Manifesto dan Etika Internet).
Jurnalisme Warganet membuat informasi terkini tentang sebuah peristiwa menjadi lebih cepat tersebar, terutama di Twitter. Contoh, informasi seputar peristiwa gempa bumi pertama kali akan muncul di media sosial sebelum dibuatkan berita oleh media-media mainstream.
Risikonya, warganet yang tidak takut dosa alias tidak beradab akan menyebarkan berita bohong (hoax), terutama dalam bentuk gambar (foto).
Karenanya, jangan mudah percaya dan asal share informasi yang disebarkan warganet, apalagi akunnya terindikasi baru, palsu, dan tidak kita kenal.
Di sinilah wartawan profesional atau media-media mainstream memegang peran penting dalam hal informasi terpercaya karena kredibilitas mereka menjadi taruhan jika menyebarkan hoax atau informasi palsu. Wasalam. (www.romelteamedia.com).*
Previous
« Prev Post
« Prev Post
Next
Next Post »
Next Post »
Thanks you for nice information. Please visit our web Uhamka Me: uhamka
ReplyDeleteThanks i get a lot information from this site
ReplyDeletethanks for this information
ReplyDelete