Cara Mengatasi Gugup Saat Pidato (Tips Public Speaking)
By Romeltea | Published: July 12, 2017
Tips atau Cara Mengatasi Gugup, Grogi, Nerveous, Saat Pidato (Public Speaking).
GUGUP adalah berbuat atau berkata dalam keadaan tidak tenang; gagap; sangat tergesa-gesa; bingung: riuh tidak keruan bunyinya.
Grogi adalah merasa canggung atau takut berhadapan dengan orang banyak.
Demikian pengertian gugup dan grogi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Daring. Dalam bahasa Inggris, gugup disebut nervous yang artinya gelisah, gugup, takut.
Gugup merupakan kendala atau masalah utama dalam Public Speaking, terutama bagi orang yang tidak biasa berbicara di depan orang banyak.
Public Speaking artinya berbicara di depan umum, seperti pidato, ceramah, presentasi, memberikan sambutan, termasuk menyampaikan materi pelatihan.
Saya sudah share di posting sebelumnya tentang 4 cara mengatasi gugup dalam public speaking dan 3 Cara Jitu Mengatasi Grogi atau Gugup Saat Public Speaking.
Anda juga tidak akan gugup jika menguasai materi atau topik pembicaraan alias tahu apa yang harus disampaikan kepada audiens (hadirin).
Maka, berdasarkan dua penyebab utama tersebut, cara mengatasi gugup saat pidato atau dalam public speaking adalah:
Namun, meski sudah terbiasa menjadi public speaker, saya juga pernah mengalami gugup. Seingat saya, sejauh ini sudah tiga kali saya merasa gugup atau grogi ketika akan melakukan public speaking:
"Kali ini kita persilakan Kang Romel memberikan tausiyah," kata pemandu rapat. Haduh! Bayangkan, peserta rapat mayoritas ulama, kyai, ustadz, dosen perguruan tinggi Islam, nah... kok saya harus memberi tausiyah kepada mereka? Ngajarin bebek berenang atau ngajarin burung terbang ini?
Gugup? Ya, tapi sejenak! Saya langsung mengatasinya dengan memilih topik tausiyah. Saya tidak memilih topik tentang shalat, zakat, puasa, haji, atau tema 'ubudiyah lainnya. Namun, saya pilih tema yang saya kuasai dan saya pikir tidak dikuasai oleh mayoritas peserta rapat.
Saya pilih topik tausiyah tentang Pentingnya Menulis alias tema jurnalistik.Intinya, saya mengemukakan menulis sebagai budaya ulama salaf dan mengajak hadirin rajin menulis, antara lain menulis di website ormas tersebut yang kebetulan saya buat dan kelola.
Beres. Lancar. Gugup teratasi.
Kesimpulan, cara Mengatasi Gugup: pilih topik pembicaraan yang kita kuasai.
Pengalaman kedua, ketika saya diundang mahasiswa Fakultas Kedokteran PTN di Bandung untuk memberi materi pelatihan tentang editing atau penyuntingan naskah. Gak ada masalah soal tema. Editing is my domain, dunia saya.
Namun, ketika masuk ruangan, kok tiba-tiba saya deg-degan. Penyebabnya, saya membayangkan semua peserta adalah calon dokter! Saya kok tiba-tiba "fobia" sama dokter ya? Mungkin trauma disuntik waktu kecil.
Bagaimana saya mengatasi rasa gugup itu? Saya tanya ke panitia. "Ini semuanya calon dokter?" Dijawab, "Nggak, Kang, banyak juga mahasiswa kebidanan".
Nah, gugup mulai berkurang. Nggak semuanya calon dokter membuat saya agak lega. Entah kenapa, kok takut sama calon dokter?
Gugup benar-benar hilang ketika saya meyakinkan diri, sayalah yang bersiapa menjadi pemateri. Sayalah yang menguasai editing naskah. Mereka, peserta, para calon dokter dan bidan itu, baru belajar sedikit tentang editing, makanya ngundang saya untuk share tentang editing!
Kesimpulan, Cara Mengatasi Gugup: Yakinkan diri bahwa kitalah yang menguasai materi dan siap presentasi, peserta datang untuk mendengarkan atau menyimak.
Pengalaman ketiga, yaitu ketika menjadi pemateri depan seluruh pimpinan, dosen, dan karyawan sebuah fakultas perguruan tinggi Islam di Bandung. Dekan, Wakil Dekan, Guru Besar, dan para dosen hadir.
Materi yang saya sampaikan tentang Pemanfaatan IT Blogging untuk Optimalisasi Perkuliahan. Ketika saya duduk di kursi pemateri, tiba-tiba saya menyadari, di depan saya ini, para peserta di depan saya ini adalah para cendekiawan, para imuwan, guru besar, dan banyak juga yang berprofesi sebagai kyai, ustadz, penceramah.
Walah....! Di depan saya rata-rata Master (S2), banyak Doktor juga (S3), Profesor juga banyak! Kumaha ieu...!
Tiba-tiba saya deg-degan, gugup, grogi. Saya ambil napas panjang. Bagaimana mengatasi gugup saya saat itu?
Selain menarik napas panjang, saya yakinkan diri saya, sayalah yang siap menjadi pemateri. Sayalah yang menguasai IT Blogging atau Media Online. Justru, pimpinan fakultas itu mengundang saya menjadi pemateri agar saya share pengalaman dan wawasan tentang tekonologi komunikasi dan informasi internet, khususnya blogging atau media online.
Jadi, saya bukan mau bicara soal ilmu agama atau ilmu lain yang sudah sangat dikuasai para peserta. Para peserta itu mayoritas masih awam tentang internet dan blogging.
Gugup pun lenyap. Penyampaian materi lancar jaya.
Kesimpulan, Cara Mengatasi Gugup: yakinkan diri bahwa kitalah yang siap menjadi pemateri/pembicara dan menguasai materi yang akan disampaikan.
Demikian sekadar berbagai pengalaman tentang Cara Mengatasi Gugup. Pengalaman Anda? Please, leave a comment! Wasalam. (www.romeltea.com).*
GUGUP adalah berbuat atau berkata dalam keadaan tidak tenang; gagap; sangat tergesa-gesa; bingung: riuh tidak keruan bunyinya.
Grogi adalah merasa canggung atau takut berhadapan dengan orang banyak.
Demikian pengertian gugup dan grogi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Daring. Dalam bahasa Inggris, gugup disebut nervous yang artinya gelisah, gugup, takut.
Gugup merupakan kendala atau masalah utama dalam Public Speaking, terutama bagi orang yang tidak biasa berbicara di depan orang banyak.
Public Speaking artinya berbicara di depan umum, seperti pidato, ceramah, presentasi, memberikan sambutan, termasuk menyampaikan materi pelatihan.
Saya sudah share di posting sebelumnya tentang 4 cara mengatasi gugup dalam public speaking dan 3 Cara Jitu Mengatasi Grogi atau Gugup Saat Public Speaking.
Penyebab utama gugup
Penyebab utama gugup adalah tidak terbiasa public speaking dan tidak menguasai materi. Anda tidak akan mengalami gugup/grogi jika sudah terbiasa berbicara di depan umum.Anda juga tidak akan gugup jika menguasai materi atau topik pembicaraan alias tahu apa yang harus disampaikan kepada audiens (hadirin).
Maka, berdasarkan dua penyebab utama tersebut, cara mengatasi gugup saat pidato atau dalam public speaking adalah:
- Latihan, agar terbiasa.
- Baca, belajar, atau cari tahu, agar menguasai dan paham betul materi/topik pembicaraan.
Namun, meski sudah terbiasa menjadi public speaker, saya juga pernah mengalami gugup. Seingat saya, sejauh ini sudah tiga kali saya merasa gugup atau grogi ketika akan melakukan public speaking:
- Di forum rapat ormas Islam.
- Di Pelatihan di Fakultas Kedokteran
- Di Pelatihan IT Fakultas Dakwah dan Komunikasi PTN Islam
Cara Mengatasi Gugup: Pengalaman Saya
Dalam salah satu rapat rutin di kantor ormas Islam Jawa Barat, tiba-tiba saya ditunjuk untuk memberikan tausiyah singkat sebelum rapat dimulai. Walah....!!!"Kali ini kita persilakan Kang Romel memberikan tausiyah," kata pemandu rapat. Haduh! Bayangkan, peserta rapat mayoritas ulama, kyai, ustadz, dosen perguruan tinggi Islam, nah... kok saya harus memberi tausiyah kepada mereka? Ngajarin bebek berenang atau ngajarin burung terbang ini?
Gugup? Ya, tapi sejenak! Saya langsung mengatasinya dengan memilih topik tausiyah. Saya tidak memilih topik tentang shalat, zakat, puasa, haji, atau tema 'ubudiyah lainnya. Namun, saya pilih tema yang saya kuasai dan saya pikir tidak dikuasai oleh mayoritas peserta rapat.
Saya pilih topik tausiyah tentang Pentingnya Menulis alias tema jurnalistik.Intinya, saya mengemukakan menulis sebagai budaya ulama salaf dan mengajak hadirin rajin menulis, antara lain menulis di website ormas tersebut yang kebetulan saya buat dan kelola.
Beres. Lancar. Gugup teratasi.
Kesimpulan, cara Mengatasi Gugup: pilih topik pembicaraan yang kita kuasai.
Pengalaman kedua, ketika saya diundang mahasiswa Fakultas Kedokteran PTN di Bandung untuk memberi materi pelatihan tentang editing atau penyuntingan naskah. Gak ada masalah soal tema. Editing is my domain, dunia saya.
Namun, ketika masuk ruangan, kok tiba-tiba saya deg-degan. Penyebabnya, saya membayangkan semua peserta adalah calon dokter! Saya kok tiba-tiba "fobia" sama dokter ya? Mungkin trauma disuntik waktu kecil.
Bagaimana saya mengatasi rasa gugup itu? Saya tanya ke panitia. "Ini semuanya calon dokter?" Dijawab, "Nggak, Kang, banyak juga mahasiswa kebidanan".
Nah, gugup mulai berkurang. Nggak semuanya calon dokter membuat saya agak lega. Entah kenapa, kok takut sama calon dokter?
Gugup benar-benar hilang ketika saya meyakinkan diri, sayalah yang bersiapa menjadi pemateri. Sayalah yang menguasai editing naskah. Mereka, peserta, para calon dokter dan bidan itu, baru belajar sedikit tentang editing, makanya ngundang saya untuk share tentang editing!
Kesimpulan, Cara Mengatasi Gugup: Yakinkan diri bahwa kitalah yang menguasai materi dan siap presentasi, peserta datang untuk mendengarkan atau menyimak.
Pengalaman ketiga, yaitu ketika menjadi pemateri depan seluruh pimpinan, dosen, dan karyawan sebuah fakultas perguruan tinggi Islam di Bandung. Dekan, Wakil Dekan, Guru Besar, dan para dosen hadir.
Materi yang saya sampaikan tentang Pemanfaatan IT Blogging untuk Optimalisasi Perkuliahan. Ketika saya duduk di kursi pemateri, tiba-tiba saya menyadari, di depan saya ini, para peserta di depan saya ini adalah para cendekiawan, para imuwan, guru besar, dan banyak juga yang berprofesi sebagai kyai, ustadz, penceramah.
Walah....! Di depan saya rata-rata Master (S2), banyak Doktor juga (S3), Profesor juga banyak! Kumaha ieu...!
Tiba-tiba saya deg-degan, gugup, grogi. Saya ambil napas panjang. Bagaimana mengatasi gugup saya saat itu?
Selain menarik napas panjang, saya yakinkan diri saya, sayalah yang siap menjadi pemateri. Sayalah yang menguasai IT Blogging atau Media Online. Justru, pimpinan fakultas itu mengundang saya menjadi pemateri agar saya share pengalaman dan wawasan tentang tekonologi komunikasi dan informasi internet, khususnya blogging atau media online.
Jadi, saya bukan mau bicara soal ilmu agama atau ilmu lain yang sudah sangat dikuasai para peserta. Para peserta itu mayoritas masih awam tentang internet dan blogging.
Gugup pun lenyap. Penyampaian materi lancar jaya.
Kesimpulan, Cara Mengatasi Gugup: yakinkan diri bahwa kitalah yang siap menjadi pemateri/pembicara dan menguasai materi yang akan disampaikan.
Demikian sekadar berbagai pengalaman tentang Cara Mengatasi Gugup. Pengalaman Anda? Please, leave a comment! Wasalam. (www.romeltea.com).*
Previous
« Prev Post
« Prev Post
Next
Next Post »
Next Post »
ini sangat bagus dibaca karena menambah wawasan tentang public Speaking.
ReplyDeletePublic speaking penting untuk dikuasai, guna membangun relasi baik dengan berbagai kelompok masyarakat yang akan berfungsi untuk menunjang karier kedepannya. Selanjutnya dapat dibaca di sini: https://www.unair.ac.id/site/article/read/4421/self-improvement-dua-beri-edukasi-terkait-pengembangan-public-speaking-untuk-membangun-relasi.html
ReplyDelete