Facebook Perangi Jurnalisme Umpan Klik (Clickbait)
By Romeltea | Published: September 25, 2016
MEDIA ONLINE atau situs-situs berita penganut jurnalisme umpan klik (clickbait) atau "pancingan mengklik" alias "jebakan klik" harus siap-siap terusir dari media sosial Facebook.
Pasalnya, dilansir The New York Times (5/8/2016), Facebook mengubah algoritmanya untuk mencegah menyebarnya judul-judul berita umpan klik (clickbait headline) yang sudah sangat merugikan pengguna atau pembaca.
Saya sudah sering menulis posting tentang jurnalisme umpan klik yang cenderung menipu pembaca ini. Anda bisa simak di Label Clickbait.
Ciri utama judul umpan klik adalah menyembunyikan substansi berita dengan menggunakan kata "ini", "inilah", "begini", atau kata-kata bombastis-sensasional yang bertujuan agar link beritanya diklik --itulah sebabnya disebut 'umpan klik' (clickbait).
Selain merugikan dan mengeksploitasi pembaca, jurnalisme umpan klik juga merupakan versi baru jurnalisme kuning (yellow journalism). Media penganut umpan klik akan dikunjungi pembaca sekali-dua kali saja, selanjutnya ditinggalkan --khususnya bagi "pembaca cerdas" yang tidak mau ditipu oleh judul berita yang berusaha membuat penasaran pembaca.
Berkembangnya jurnalisme umpan klik, terutama dianut oleh Kompas-Tribunnews yang diikuti situs-situs lain, tidak lepas dari dominannya media sosial, terutaam Facebook dan Twitter.
Media-media penganut jurnalisme kuning gaya baru itu pun mengabaikan kaidah jurnalisme yang baik dengan membuat judul "seenaknya", bukan memberi informasi, tapi memberi umpan agar judul beritanya diklik dan situsnya dikunjungi (trafik/pageviews).
Judul-judul umpan klik merajalela di Facebook. Pihak FB pun tampaknya sudah "gerah" dengan jurnalisme umpan klik dan mulai mengubah algoritmanya.
Dilansir NYT, Facebook berencana meminggirkan judul-judul berita umpan klik yang di news feed-nya agar 1,71 miliar pengguna Facebook saat ini tetap setia.
Dengan demikian, Facebook akan melakukan "sistem filter" agar judul-judul berita "alay bin lebay" seperti di atas terusir jauh ke laut :) Lagi pula, pembaca cerdas tidak akan sudi mengklik judul berita umpan klik.
Pembaca cerdas akan bersikap seperti ilustrasi "ikan yang tidak terpancing umpan" berikut ini --mengabaikan judul berita yang "mengemis klik" dan share:
Facebook akan mengutamakan judul berita sebagaimana kaidah jurnalistik yang baik: to the point, straightforward, tidak menyembunyikan substansi atau isi berita.
"Kami ingin penerbit (media) memposting konten yang menjadi perhatian orang, dan kami pikir orang menaruh perhatian pada judul-judul yang jauh lebih lugas (straightforward)," kata Adam Mosseri, Facebook’s vice president for product management for the news feed, dalam sebuah wawancara.
Dikemukakan, banyak pembaca yang dikecewakan oleh judul berita yang di-share di Facebook yang ternyata isi berita tidak seperti atau "seheboh" judulnya.
Mosseri mencontohkan judul berita umpan klik itu seperti:
Algoritma Facebook akan mencatat situs-situs web yang menyebarkan judul umpan klik dan mendeteksi pola trafik. Mosseri mengibaratkan algoritma baru itu seperti proses penyaringan spam email.
Facebook pernah melakukan survei soal judul umpan klik ini. Dilansir PR Online, Facebook menindak artikel "clickbait" (pancingan mengklik) yang memiliki judul bombastis, tetapi substansi beritanya sangat sedikit.
Pelaku umpan klik bertujuan mendapatkan banyak klik pada tulisan yang ditampilkan untuk lebih banyak orang membuka dan akhirnya akan tampil lebih tinggi di feed berita.
Facebook mengatakan, survei penggunanya menemukan mereka lebih suka "headline yang membantu mereka memutuskan apakah mereka ingin membaca artikel lengkap sebelum mereka harus mengklik".
Dalam posting blog, dituliskan, "Jika mereka mengklik ke link dan kemudian langsung kembali ke Facebook, ini menunjukkan bahwa mereka tidak menemukan sesuatu yang mereka inginkan."
Pembaca di Indonesia juga tampaknya sudah bisa menilai kualitas media dan wartawan penganut jurnalisme umpan klik itu.
"Kualitas wartawan semakin rendah, Paling empet kl baca berta dengan judul " INI ..." taunya isinya cetek banget," komentar seorang kakuser di salah satu thread tentang clickbait. Wasalam. (www.romelteamedia.com).*
Baca Juga: Judul Berita Umpan Klik Akibatkan Degradasi Jurnalistik
Pasalnya, dilansir The New York Times (5/8/2016), Facebook mengubah algoritmanya untuk mencegah menyebarnya judul-judul berita umpan klik (clickbait headline) yang sudah sangat merugikan pengguna atau pembaca.
Saya sudah sering menulis posting tentang jurnalisme umpan klik yang cenderung menipu pembaca ini. Anda bisa simak di Label Clickbait.
Ciri utama judul umpan klik adalah menyembunyikan substansi berita dengan menggunakan kata "ini", "inilah", "begini", atau kata-kata bombastis-sensasional yang bertujuan agar link beritanya diklik --itulah sebabnya disebut 'umpan klik' (clickbait).
Selain merugikan dan mengeksploitasi pembaca, jurnalisme umpan klik juga merupakan versi baru jurnalisme kuning (yellow journalism). Media penganut umpan klik akan dikunjungi pembaca sekali-dua kali saja, selanjutnya ditinggalkan --khususnya bagi "pembaca cerdas" yang tidak mau ditipu oleh judul berita yang berusaha membuat penasaran pembaca.
Berkembangnya jurnalisme umpan klik, terutama dianut oleh Kompas-Tribunnews yang diikuti situs-situs lain, tidak lepas dari dominannya media sosial, terutaam Facebook dan Twitter.
Media-media penganut jurnalisme kuning gaya baru itu pun mengabaikan kaidah jurnalisme yang baik dengan membuat judul "seenaknya", bukan memberi informasi, tapi memberi umpan agar judul beritanya diklik dan situsnya dikunjungi (trafik/pageviews).
Contoh Judul Berita Umpan Klik (Clickbait Headline)
Judul-judul umpan klik merajalela di Facebook. Pihak FB pun tampaknya sudah "gerah" dengan jurnalisme umpan klik dan mulai mengubah algoritmanya.
Dilansir NYT, Facebook berencana meminggirkan judul-judul berita umpan klik yang di news feed-nya agar 1,71 miliar pengguna Facebook saat ini tetap setia.
Dengan demikian, Facebook akan melakukan "sistem filter" agar judul-judul berita "alay bin lebay" seperti di atas terusir jauh ke laut :) Lagi pula, pembaca cerdas tidak akan sudi mengklik judul berita umpan klik.
Pembaca cerdas akan bersikap seperti ilustrasi "ikan yang tidak terpancing umpan" berikut ini --mengabaikan judul berita yang "mengemis klik" dan share:
Facebook akan mengutamakan judul berita sebagaimana kaidah jurnalistik yang baik: to the point, straightforward, tidak menyembunyikan substansi atau isi berita.
"Kami ingin penerbit (media) memposting konten yang menjadi perhatian orang, dan kami pikir orang menaruh perhatian pada judul-judul yang jauh lebih lugas (straightforward)," kata Adam Mosseri, Facebook’s vice president for product management for the news feed, dalam sebuah wawancara.
Dikemukakan, banyak pembaca yang dikecewakan oleh judul berita yang di-share di Facebook yang ternyata isi berita tidak seperti atau "seheboh" judulnya.
Mosseri mencontohkan judul berita umpan klik itu seperti:
- “The Dog Barked at the Deliveryman and His Reaction Was Priceless”
- “When She Looked Under Her Couch Cushions and Saw THIS … I Was SHOCKED!”
Algoritma Facebook akan mencatat situs-situs web yang menyebarkan judul umpan klik dan mendeteksi pola trafik. Mosseri mengibaratkan algoritma baru itu seperti proses penyaringan spam email.
The company’s algorithms then took note of the websites from which the articles were coming, and could detect patterns of traffic coming from those sites over time. That process was then automated, and content identified as clickbait will now appear lower in the news feed than before. Mr. Mosseri likened the practice to a kind of email spam filtering process.
Facebook pernah melakukan survei soal judul umpan klik ini. Dilansir PR Online, Facebook menindak artikel "clickbait" (pancingan mengklik) yang memiliki judul bombastis, tetapi substansi beritanya sangat sedikit.
Pelaku umpan klik bertujuan mendapatkan banyak klik pada tulisan yang ditampilkan untuk lebih banyak orang membuka dan akhirnya akan tampil lebih tinggi di feed berita.
Facebook mengatakan, survei penggunanya menemukan mereka lebih suka "headline yang membantu mereka memutuskan apakah mereka ingin membaca artikel lengkap sebelum mereka harus mengklik".
Untuk menyingkirkan umpan klik itu, Facebook mengatakan akan men-tweak algoritma untuk fokus pada bagaimana pengguna menghabiskan waktu untuk sebuah artikel sekali mengklik tautannya itu dari Facebook.
Dalam posting blog, dituliskan, "Jika mereka mengklik ke link dan kemudian langsung kembali ke Facebook, ini menunjukkan bahwa mereka tidak menemukan sesuatu yang mereka inginkan."
Pembaca di Indonesia juga tampaknya sudah bisa menilai kualitas media dan wartawan penganut jurnalisme umpan klik itu.
"Kualitas wartawan semakin rendah, Paling empet kl baca berta dengan judul " INI ..." taunya isinya cetek banget," komentar seorang kakuser di salah satu thread tentang clickbait. Wasalam. (www.romelteamedia.com).*
Baca Juga: Judul Berita Umpan Klik Akibatkan Degradasi Jurnalistik
Previous
« Prev Post
« Prev Post
Next
Next Post »
Next Post »
Saya sangat setuju dengan langkah yang dilakukan Facebook, semoga hal ini juga dilakukan oleh YOUTUBE dan media sosial lainnya.
ReplyDelete