Kenapa Hari Radio Nasional 11 September Tidak Populer?
By Romeltea | Published: September 11, 2014
TANGGAL 11 September adalah Hari Radio Nasional. Ada pula yang menyebutnya Hari Radio Republik Indonesia (RRI) karena memang hari radio ini didasarkan pada kelahiran atau tanggal pendirian RRI 11 September 1945.
Menurut catatan sejarah, RRI didirikan para tokoh yang sebelumnya aktif mengoperasikan beberapa stasiun radio Jepang di 6 kota. Rapat utusan 6 radio di rumah Adang Kadarusman, Jalan Menteng Dalam, Jakarta, menghasilkan keputusan mendirikan Radio Republik Indonesia dengan memilih dr. Abdulrahman Saleh sebagai pemimpin umum RRI yang pertama. (Sejarah RRI Selengkapnya)
RRI berjasa besar sebagai media penyebar proklamasi kemerdekaan RI ke seluruh nusantara dan dunia. RRI juga masih berjasa besar hingga kini sebagai media informasi dan hiburan bagi masyarakat, sebagaimana radio pada umumnya.
Bagi saya, personally, RRI --dalam hal ini RRI Bandung-- berjasa besar dalam menyiarkan langsung pertandingan Persib Bandung. RRI Bandung-lah menjadi andalan saat tidak ada siaran langsung Persib di TV atau jika PLN lagi "iseng banget" matiin aliran listrik saat ada siaran langsung laga Persib.
Adanya Hari Radio Nasional 11 September, ditambah adanya Hari Radio Dunia (World Radio Day) 13 Februari, menjadikan radio memiliki karakteristik tambahan --selain karakteristik utama radio seperti auditory dan theatre of mind. Radiolah satu-satunya media massa yang memiliki "Hari Besar". Kita tidak mengenal Hari TV, Hari Suratkabar, atau Hari Media Online. Hanya ada Hari Radio. Hidup radio....!!!!
Lalu, Kenapa Hari Radio Nasional 11 September Tidak Populer?
Pertama, Hari Radio Nasional identik dengan RRI. Sayangnya, popularitas RRI sudah lama "redup" tergilas popularitas radio-radio swasta (komersial). Bahkan, RRI bagi sebagain kalangan identik dengan "jadul" dan "para orangtua". Jarang banget kali ya anak muda yang demen dengerin RRI?
Kedua, tidak ada konsep dan program yang jelas dan populis untuk merayakan Hari Radio Nasional. Minimal saya tidak tahu apa acara perayaannya yang bisa menarik perhatian publik. Adem-ayem aja perasaan... :)
Kita bisa "nyontek" konsep World Radio Day 13 February. Menurut UNESCO, is World Radio Day — a day to celebrate radio as a medium; to improve international cooperation between broadcasters; and to encourage major networks and community radio alike to promote access to information, freedom of expression and gender equality over the airwaves.
As radio continues to evolve in the digital age, it remains the medium that reaches the widest audience worldwide. It is essential to furthering UNESCO’s commitment to promote gender equality and women’s empowerment.
Menurut catatan sejarah, RRI didirikan para tokoh yang sebelumnya aktif mengoperasikan beberapa stasiun radio Jepang di 6 kota. Rapat utusan 6 radio di rumah Adang Kadarusman, Jalan Menteng Dalam, Jakarta, menghasilkan keputusan mendirikan Radio Republik Indonesia dengan memilih dr. Abdulrahman Saleh sebagai pemimpin umum RRI yang pertama. (Sejarah RRI Selengkapnya)
RRI berjasa besar sebagai media penyebar proklamasi kemerdekaan RI ke seluruh nusantara dan dunia. RRI juga masih berjasa besar hingga kini sebagai media informasi dan hiburan bagi masyarakat, sebagaimana radio pada umumnya.
Bagi saya, personally, RRI --dalam hal ini RRI Bandung-- berjasa besar dalam menyiarkan langsung pertandingan Persib Bandung. RRI Bandung-lah menjadi andalan saat tidak ada siaran langsung Persib di TV atau jika PLN lagi "iseng banget" matiin aliran listrik saat ada siaran langsung laga Persib.
Adanya Hari Radio Nasional 11 September, ditambah adanya Hari Radio Dunia (World Radio Day) 13 Februari, menjadikan radio memiliki karakteristik tambahan --selain karakteristik utama radio seperti auditory dan theatre of mind. Radiolah satu-satunya media massa yang memiliki "Hari Besar". Kita tidak mengenal Hari TV, Hari Suratkabar, atau Hari Media Online. Hanya ada Hari Radio. Hidup radio....!!!!
Lalu, Kenapa Hari Radio Nasional 11 September Tidak Populer?
Pertama, Hari Radio Nasional identik dengan RRI. Sayangnya, popularitas RRI sudah lama "redup" tergilas popularitas radio-radio swasta (komersial). Bahkan, RRI bagi sebagain kalangan identik dengan "jadul" dan "para orangtua". Jarang banget kali ya anak muda yang demen dengerin RRI?
Kedua, tidak ada konsep dan program yang jelas dan populis untuk merayakan Hari Radio Nasional. Minimal saya tidak tahu apa acara perayaannya yang bisa menarik perhatian publik. Adem-ayem aja perasaan... :)
As radio continues to evolve in the digital age, it remains the medium that reaches the widest audience worldwide. It is essential to furthering UNESCO’s commitment to promote gender equality and women’s empowerment.
Nah, itu konsep Hari Radio Sedunia. Terjemahin sendiri aja deh ya :)
Meskipun Hari Radio Nasional 11 September tidak populer, tetap kita "wajib" ucapkan Selamat Hari Radio Nasional. "Sekali di udara tetap di udara..." jargon RRI yang kini berubah menjadi “Jaringan Berita Nasional”. Wasalam. (www.romelteamedia.com).*
Previous
« Prev Post
« Prev Post
Next
Next Post »
Next Post »
Maaf mas, jargon RRI masih "Sekali di Udara Tetap di Udara" kok, yang Jaringan Berita Nasional itu jargonnya Programa 3 RRI, denikian..
ReplyDelete