Cara Mengatasi Hambatan Menulis
By Romeltea | Published: May 27, 2014
HAMBATAN menulis adalah musuh terbesar penulis, baik penulis yang masih belajar alias pemula maupun penulis "bukan pemula". Tentu, tingkatan hambatan itu bisa berbeda buat penulis "yunior" dengan penulis "senior".
Hambatan menulis bagi penulis pemula terutama "takut salah" dan "takut nggak bagus". Hambatan utama penulis senior adalah "malas" dan "tidak sempat". Penyakit malas alias "unmotivated" (tidak termotivasi) ini pun bisa menjangkiti penulis yunior.
Jawabannya beragam. ”Malas” dan ”tidak menguasai topik” biasanya berada di urutan teratas daftar hambatan menulis. Ini daftarnya:
Hambatan ”malas” dapat diatasi dengan memotivasi diri atau ”dipaksa”. Motivasi diri bisa dengan mengingat dan “menikmati” risiko menulis, seperti ”populeritas”, ada ”berkah” honor tulisan atau royalti, sehat (karena menulis itu menyehatkan jiwa-raga), “self branding” atau “self promotion” (meningkatkan citra diri), sharing (berbagi) wawasan atau ilmu (sedekah ilmu), dan niat terbaik… dakwah via tulisan (da’wah bil qolam/bil kitabah).
IDE MENULIS
Hambatan "tidak punya ide” hanyalah persepsi yang salah. Ide ada di mana-mana! Yang kita alami, baca, lihat, dan rasa adalah ide menulis.
Jika tidak tahu harus menulis apa, solusinya antara lain dengan ”Iqra’”, membaca, yakni dengan menermati peristiwa aktual, mengkritisinya, menanggapinya, dan tuliskan opini kita tentang peristiwa atau isu tersebut.
GAK ADA WAKTU
Selama hayat masih di kandung badan; selama nafas masih mengalun, selama jantung masih berdetak.... (halah... kaya' puisi aje....!), semua orang memiliki waktu 24 jam per hari!
TIDAK MENGUASAI MASALAH.
With Google, we can learn "almost" EVERYTHING today! Lakukan riset online, baca, pahami! Belum lagi ada begitu banyak literatur atau buku-buku di perpustakaan --mungkin juga di kantor dan di rumah Anda.
ALL START IS DIFFICULT!
Susah memulai adalah hambatan lainnya. Salah satu teknik mengatasinya adalah simpan tema secara tertulis (tidak disimpan dalam ingatan), lalu menuliskan judul sementara, membuat outline atau garis besar tulisan, dan melakukan ”nulis bebas” (Free Writing).
Yang penting, tuliskan! Setelah itu, tulis ulang, revisi, dan edit –perbaiki kata, ejaan, kalimat, dan sistematika tulisan berdasarkan outline yang sudah disusun sebelumnya.
MULAI DARI MANA?
Banyak penulis pemula mengalami hal ini. Salah satu solusinya, awali tulisan itu dengan menuliskan kata yang menjadi tema atau objek kajian. Misalnya, tema tentang “Bandung Juara” bisa diawali dengan “Bandung juara adalah istilah….dst”.
TAKUT JELEK
"Takut tulisan jelek” bukanlah masalah. Tidak ada tulisan jelek selama ide dan isi tulisannya orisinal (asli), hasil pemikiran penulis sendiri.
Jadi, urusan bagus-tidaknya sebuah tulisan sebenarnya bukan urusan penulis, tapi itu urusan editor yang tugas utamanya menyeleksi dan memperbagus tulisan.
Bukankah semua perbuatan juga tergantung niatnya? Innamal a'malu binniyatin, kata Nabi Muhammad Saw.
Jadi, kalo Anda tidak ada niat untuk menulis atau menjadi penulis, lupakan semua tips di atas! Lupakan pula bahwa Anda akan mengikat ilmu, sedekah ilmu, da'wah bil qolam/bil kitabah, dan... panjang umur!
"Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian” (Pramoedya Ananta Toer). Wasalam. (www.romelteamedia.com).*
Hambatan menulis bagi penulis pemula terutama "takut salah" dan "takut nggak bagus". Hambatan utama penulis senior adalah "malas" dan "tidak sempat". Penyakit malas alias "unmotivated" (tidak termotivasi) ini pun bisa menjangkiti penulis yunior.
Hambatan menulis --dalam bahasa Inggris disebut Writer”s Block, Obstacle to Writing, dan Writing Anxiety-- adalah kondisi yang menyebabkan seseorang tidak (bisa) menulis.
Daftar Hambatan Menulis
Dalam tiap pelatihan jurnalistik atau training menulis, biasanya di awal sesi saya bertanya kepada peserta: hambatan atau kendala apa yang mereka hadapi dalam menulis? Apa yang menyebabkan mereka tidak (bisa) menulis?Jawabannya beragam. ”Malas” dan ”tidak menguasai topik” biasanya berada di urutan teratas daftar hambatan menulis. Ini daftarnya:
- Malas
- Tidak menguasai topik/tema/masalah
- Tidak sempat (kendala waktu)
- Bingung memulai
- Takut jelek
- Suka tidak fokus
- Tidak ada ide.
Cara Mengatasi Hambatan Menulis
MALASHambatan ”malas” dapat diatasi dengan memotivasi diri atau ”dipaksa”. Motivasi diri bisa dengan mengingat dan “menikmati” risiko menulis, seperti ”populeritas”, ada ”berkah” honor tulisan atau royalti, sehat (karena menulis itu menyehatkan jiwa-raga), “self branding” atau “self promotion” (meningkatkan citra diri), sharing (berbagi) wawasan atau ilmu (sedekah ilmu), dan niat terbaik… dakwah via tulisan (da’wah bil qolam/bil kitabah).
IDE MENULIS
Hambatan "tidak punya ide” hanyalah persepsi yang salah. Ide ada di mana-mana! Yang kita alami, baca, lihat, dan rasa adalah ide menulis.
Jika tidak tahu harus menulis apa, solusinya antara lain dengan ”Iqra’”, membaca, yakni dengan menermati peristiwa aktual, mengkritisinya, menanggapinya, dan tuliskan opini kita tentang peristiwa atau isu tersebut.
GAK ADA WAKTU
Selama hayat masih di kandung badan; selama nafas masih mengalun, selama jantung masih berdetak.... (halah... kaya' puisi aje....!), semua orang memiliki waktu 24 jam per hari!
Jadi, masalahnya hanya soal ”manajemen waktu”, yakni meluangkannya untuk menulis. Orang yang termotivasi untuk menulis akan meluangkan waktu untuk menulis, sesempit apa pun waktu yang teralokasikan itu.
TIDAK MENGUASAI MASALAH.
With Google, we can learn "almost" EVERYTHING today! Lakukan riset online, baca, pahami! Belum lagi ada begitu banyak literatur atau buku-buku di perpustakaan --mungkin juga di kantor dan di rumah Anda.
ALL START IS DIFFICULT!
Susah memulai adalah hambatan lainnya. Salah satu teknik mengatasinya adalah simpan tema secara tertulis (tidak disimpan dalam ingatan), lalu menuliskan judul sementara, membuat outline atau garis besar tulisan, dan melakukan ”nulis bebas” (Free Writing).
Free Writing adalah menyusun naskah awal atau naskah kasar (composing rough/first draft). Tekniknya, menuliskan saja apa yang ada di pikiran, yang ingin disampaikan, dan mengabaikan dulu akurasi ejaan, kata, kalimat, dan data.
Yang penting, tuliskan! Setelah itu, tulis ulang, revisi, dan edit –perbaiki kata, ejaan, kalimat, dan sistematika tulisan berdasarkan outline yang sudah disusun sebelumnya.
MULAI DARI MANA?
Banyak penulis pemula mengalami hal ini. Salah satu solusinya, awali tulisan itu dengan menuliskan kata yang menjadi tema atau objek kajian. Misalnya, tema tentang “Bandung Juara” bisa diawali dengan “Bandung juara adalah istilah….dst”.
Menulis artikel keislaman "lebih mudah" lagi, yaitu awali dengan ta’rif (definisi), kutipan ayat Quran atau hadits, dilanjutkan dengan ”penafsiran” atau komentar penulis tentang definisi atau ayat/hadits tadi.
TAKUT JELEK
"Takut tulisan jelek” bukanlah masalah. Tidak ada tulisan jelek selama ide dan isi tulisannya orisinal (asli), hasil pemikiran penulis sendiri.
Buatlah blog. Nulis di sana. Nulis apa saja yang sekiranya dibutuhkan dan bermanfaat bagi orang lain. Blog adalah "medium terbaik" untuk melatih kemahiran menulis (writing skills).Jika menulis untuk dimuat di media massa, jangan khawatir, di tiap media ada editor yang bertugas menyeleksi dan memperbaiki (mengedit) naskah sebelum dimuat.
Jadi, urusan bagus-tidaknya sebuah tulisan sebenarnya bukan urusan penulis, tapi itu urusan editor yang tugas utamanya menyeleksi dan memperbagus tulisan.
Kesimpulan
Hambatan menulis sebenarnya hanya satu, yaitu NIAT! Willingness to write. Keinginan kuat, azzam, tekad, untuk menulis. There is a will there is a way. Man jadda wajada.Bukankah semua perbuatan juga tergantung niatnya? Innamal a'malu binniyatin, kata Nabi Muhammad Saw.
Jadi, kalo Anda tidak ada niat untuk menulis atau menjadi penulis, lupakan semua tips di atas! Lupakan pula bahwa Anda akan mengikat ilmu, sedekah ilmu, da'wah bil qolam/bil kitabah, dan... panjang umur!
"Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian” (Pramoedya Ananta Toer). Wasalam. (www.romelteamedia.com).*
Previous
« Prev Post
« Prev Post
Next
Next Post »
Next Post »
Mantep nih artikelnya. Apalagi pake bahasa arab gitu yak.. Hmm. Man Jadda Wa Jadda.
ReplyDeleteYang benar: Man Jadda Wajada. "Wa" di sana bukan kata sambung, tapi lafadz "wajada", artinya ada, berwujud, come true :)
DeleteMan = Siapa
Jadda = Sungguh-sungguh
Wajada = Ada, terwujud/tercapai
Haha iya mas, berarti saya dan teman2 lainnya selama ini khilaf. Makasih mas atas infonya.
Delete