Umpan Klik (Clickbait): Perubahan Wajah Jurnalistik Online
By Romeltea | Published: February 3, 2016
Judul berita umpan klik lebih merupakan gaya jurnalisme koran kuning (yellow paper, yellow journalism). Jurnalisme umpan klik merupakan bentuk terendah jurnalisme media sosial
BAHAYA! Jangan tonton video ini bersama istri Anda. Sebarkan! Ini rahasia yang terungkap. Ini dia komentar Van Gaal setelah MU Menang. Begini caranya mengatasi galau. Wow! Bandung bakal pula danau raksasa.
Itulah sebagian judul umpan klik (clickbait) atau jebakan klik yang menghiasi media-media online dan tersebar di media sosial.
Contoh jurnalisme judul umpan klik (clickbait journalism) lainnya sebagai berikut:
Bombastis, sensasional, menggunakan kata penunjuk "ini" dan kata seru merupakan ciri khas jurnalisme umpan klik. Saya sudah beberapa kali membahas tentang umpan klik ini. Bisa disimak di tag Clickbait.
Kali ini saya sampaikan "unek-unek" setelah membaca lebih serius hasil analisis BBC yang menyatakan umpan klik mengubah wajah jurnalisme online (Clickbait: The changing face of online journalism).
Clickbait Indentik dengan Jurnalistik Online
Kaidah atau prinsip baku jurnalisme antara lain Anda harus menulis judul berita yang menarik perhatian pembaca. Menulis judul berita (headline) membutuhkan keterampilan (skills), tapi di era digital ini, sebuah kata baru menjadi sinonim atau indentik dengan jurnalisme onlin - clickbait.
Sangat banyak dan sangat sering wartawan media online menulis berita "seenaknya", tidak mikir lama, sing penting menarik pehatian dan diklik. Banyak judul berita lebih merupakan iklan ketimbang informasi.
Dulu, judul berita bertujuan menyampaikan inti informasi tanpa menyembunyikan substansi. Kini, judul berita ngumpetin intisari berita - umpan klik tea ngarana!
Itulah yang menjadikan jurnalisme online menjadi identik dengan umpan klik. Wartawan terpengaruh atau ikut arus gaya status update pengguna media sosial.
Judul berita umpan klik lebih merupakan gaya jurnalisme koran kuning (yellow paper, yellow journalism). Jurnalistik mutu rendahan. Ada yang menyebutkan jurnalisme umpan klik merupakan bentuk terendah jurnalisme media sosial.
“Clickbait is the lowest form of social media journalism, full of sensationalized headlines, grumpy cats, and awful personal confessions.” (A History of Clickbait).
Penulis Yahoo.com, David Pogue, menyatakan clickbait bukan jurnalistik yang baik. Menurutnya, headline atau judul berita yang baik itu transparan dan efisien, bukan "menyembunyikan" substansi berita demi mengejar trafik.
Akibat Orientasi Klik-Trafik
Menurut analisis BBC, orientasi wartawan dan editor media online (situs berita) saat ini bersifat "materialis". Makin banyak diklik, makin banyak pengunjung, dan kian banyak pula pendapatan iklan (Adsense).
Sebuah laporan oleh Columbia Journalism Review menunjukkan kasus majalah online Slant. Media online ini membayar penulisnya US$ 100 per bulan, plus bonus $5 tiap 500 klik atas tulisan yang dibuatnya.
Salah satu penerbit di Inggris, Trinity Mirror, mengumumkan rencana mereka untuk menentukan target klik kepada para wartawannya.
Menggejalanya judul umpan klik (clickbait journalism) menjadi ancaman bagi masa depan jurnalistik. Kaidah penulisan judul yang tidak lagi diindahkan dapat meluas menjadi pengabaian terhadap "teori" penulisan berita secara keseluruhan.
Jika umpan klik menjadi "ideologi baru jurnalisme" dan menulis berita seenaknya, lalu buat apa ada ilmu jurnalistik? Buat apa mahasiswa jurnalistik harus kuliah 3-4 tahun di jurusan jurnalistik? Buat apa ada jurusan jurnalistik di perguruan tinggi?
Sok tah, tanggung jawab saha semua konsekuensi itu gara-gara merebaknya "ideologi jurnalisme umpan klik" di kalangan wartawan online saat ini? Wasalam. (www.romelteamedia.com).*
BAHAYA! Jangan tonton video ini bersama istri Anda. Sebarkan! Ini rahasia yang terungkap. Ini dia komentar Van Gaal setelah MU Menang. Begini caranya mengatasi galau. Wow! Bandung bakal pula danau raksasa.
Itulah sebagian judul umpan klik (clickbait) atau jebakan klik yang menghiasi media-media online dan tersebar di media sosial.
Contoh jurnalisme judul umpan klik (clickbait journalism) lainnya sebagai berikut:
Bombastis, sensasional, menggunakan kata penunjuk "ini" dan kata seru merupakan ciri khas jurnalisme umpan klik. Saya sudah beberapa kali membahas tentang umpan klik ini. Bisa disimak di tag Clickbait.
Kali ini saya sampaikan "unek-unek" setelah membaca lebih serius hasil analisis BBC yang menyatakan umpan klik mengubah wajah jurnalisme online (Clickbait: The changing face of online journalism).
Clickbait Indentik dengan Jurnalistik Online
Kaidah atau prinsip baku jurnalisme antara lain Anda harus menulis judul berita yang menarik perhatian pembaca. Menulis judul berita (headline) membutuhkan keterampilan (skills), tapi di era digital ini, sebuah kata baru menjadi sinonim atau indentik dengan jurnalisme onlin - clickbait.
Sangat banyak dan sangat sering wartawan media online menulis berita "seenaknya", tidak mikir lama, sing penting menarik pehatian dan diklik. Banyak judul berita lebih merupakan iklan ketimbang informasi.
Dulu, judul berita bertujuan menyampaikan inti informasi tanpa menyembunyikan substansi. Kini, judul berita ngumpetin intisari berita - umpan klik tea ngarana!
Dulu, berita dibuat untuk dibaca. Kini, berita dibuat untuk diklik. Dulu to inform. Kini, to click. Dulu, orientasi oplah atau penjualan. Kini, orientasinya trafik, pageviews, atau jumlah kunjungan.
Itulah yang menjadikan jurnalisme online menjadi identik dengan umpan klik. Wartawan terpengaruh atau ikut arus gaya status update pengguna media sosial.
Judul berita umpan klik lebih merupakan gaya jurnalisme koran kuning (yellow paper, yellow journalism). Jurnalistik mutu rendahan. Ada yang menyebutkan jurnalisme umpan klik merupakan bentuk terendah jurnalisme media sosial.
“Clickbait is the lowest form of social media journalism, full of sensationalized headlines, grumpy cats, and awful personal confessions.” (A History of Clickbait).
Situs Vice bahkan menyebut "jurnalisme" clickbait sebagai "jurnalistik sampah" (Garbage Click-Bait 'Journalism').
Penulis Yahoo.com, David Pogue, menyatakan clickbait bukan jurnalistik yang baik. Menurutnya, headline atau judul berita yang baik itu transparan dan efisien, bukan "menyembunyikan" substansi berita demi mengejar trafik.
Akibat Orientasi Klik-Trafik
Menurut analisis BBC, orientasi wartawan dan editor media online (situs berita) saat ini bersifat "materialis". Makin banyak diklik, makin banyak pengunjung, dan kian banyak pula pendapatan iklan (Adsense).
Publishers increasingly use it for simple economics; the more clicks you get, the more people on your site, the more you can charge for advertising.
Sebuah laporan oleh Columbia Journalism Review menunjukkan kasus majalah online Slant. Media online ini membayar penulisnya US$ 100 per bulan, plus bonus $5 tiap 500 klik atas tulisan yang dibuatnya.
Salah satu penerbit di Inggris, Trinity Mirror, mengumumkan rencana mereka untuk menentukan target klik kepada para wartawannya.
Menggejalanya judul umpan klik (clickbait journalism) menjadi ancaman bagi masa depan jurnalistik. Kaidah penulisan judul yang tidak lagi diindahkan dapat meluas menjadi pengabaian terhadap "teori" penulisan berita secara keseluruhan.
Jika umpan klik menjadi "ideologi baru jurnalisme" dan menulis berita seenaknya, lalu buat apa ada ilmu jurnalistik? Buat apa mahasiswa jurnalistik harus kuliah 3-4 tahun di jurusan jurnalistik? Buat apa ada jurusan jurnalistik di perguruan tinggi?
Sok tah, tanggung jawab saha semua konsekuensi itu gara-gara merebaknya "ideologi jurnalisme umpan klik" di kalangan wartawan online saat ini? Wasalam. (www.romelteamedia.com).*
Previous
« Prev Post
« Prev Post
Next
Next Post »
Next Post »
Tenang, Pak. Kita lawan dengan gerakan2 anti klickbait!!
ReplyDeleteartikel bagus, kalo boleh tanya bila ingin mengikuti berita bagusnya dari mana ya? website, koran, radio apa aj boleh asalkan ga ada clickbait dll
ReplyDeletesekarang dah ga nonton tv karna mulai ga jelas beritanya, ganti ke online skarang malah banyak click bait