Jurnalisme Umpan Klik: Dramatis, Bombastis, Sensasional
By Romeltea | Published: February 12, 2016
http://www.clickintelligence.co.uk/ |
WAJAH jurnalistik online saat ini sungguh mengerikan sekaligus menyebalkan.
Banyak judul berita yang berserakan di sirus-situs berita --dan di-share di media sosial-- berupa "clickbait" yang merupakan "bentuk terendah jurnalisme media sosial" (clickbait is the lowest form of social media journalism).
Mengerikan karena melabrak kaidah jurnalistik yang memihak kepada pembaca. Menyebalkan karena judul-judulnya dramatis, bombastis, dan sensasional layaknya jurnalisme koran kuning (yellow journalism).
Wartawan atau editor situs-situs berita saat ini banyak yang membuat judul berita seenaknya, sekenanya, dan semata-mata berorientasi "klik" --untuk memancing pembaca klik link berita.
"Headline writing has long been considered a skill but, in the digital age, a new word has become synonymous with online journalism - clickbait," tulis BBC dalam "Clickbait: The changing face of online journalism".
"Jurnalisme clickbait adalah sebuah kemunduran, kembali ke abad 19 " menurut A History of Clickbait: The First 100 Years".
Saya berani mengatakan, jurnalisme umpan klik (clickbait journalism) sudah keluar dari wilayah jurnalistik. Maka, bisa dikatakan, media-media yang menganut jurnalisme umpan klik tidak bisa dikatakan sebagai media jurnalistik, tapi lebih merupakan media iklan, yakni "iklan tulisan".
The main reason that newspaper websites use clickbait tactics is to draw in unsuspecting web users for the purpose of advertising. (Clikck Intelligent)
Mereka membuat "berita" bukan bertujuan untuk menyampaikan informasi, melainkan mendapatkan klik dan jumlah pengunjung (visitor) atau trafik. Karya jurnalistik itu menyampaikan informasi (to inform) sedangkan jurnalisme umpan klik itu bertujuan mendapatkan klik (to get click) atau trafik.
Judul-judul berita umpan klik mayoritas (kalau tidak semuanya) mengandung penipuan dan tidak menarik. Itulah sebabnya disebut juga "jebakan klik" karena pembaca dijebak alias ditipu.
Pembaca yang cerdas tidak akan tergoda untuk membuka link judul berita berupa umpan klik itu. Sudah saatnya dikampanyekan Gerakan Anti-Umpan Klik demi membela publik pembaca dan menyelamatkan jurnalistik.
Di blog ini saya sudah berkali-kali mengulas tentang Clickbait Journalism. Di kampus, di depan para mahasiswa, saya sering katakan jangan berguru pada situs-situs berita penganut jurnalisme umpan klik karena hal itu bukan jurnalisme yang baik, bahkan bukan jurnalistik.
Jurnalisme umpan klik muncul karena pengaruh Media Sosial. Studi tentang dampak media sosial terhadap jurnalisme atau media sudah banyak diulas, di antaranya Journalism in the Age Social Media dan Journalism in a New Era.
Menurut Click Intelligent, lambat-laun media penganut jurnalisme umpan klik akan mati. Pembaca lama-kelamaan muak dengan judul-judul berita yang menjebak dan menipu pembaca. User akan meninggalkan media-media penganut jurnalisme umpan klik yang identik dengan jurnalisme kuning (yellow journalism) itu.
Saya tidak harus menyebut media-media online yang menganut jurnalisme umpan klik. Anda bisa menemukan sendiri. Ciri utama jurnalisme umpan klik adalah judul-judul tulisan yang menggunakan kata penunjuk "ini" atau "begini" dan kata seru.
Berikut ini beberapa contoh judul tulisan umpan klik:
Pembaca, user, atau netizen yang cerdas tidak akan kalah sama ikan dalam ilustrasi posting di atas. Ikan saja tau judul umpan klik, masa kita (manusia) tidak? :) Wasalam. (www.romelteamedia.com).*
Previous
« Prev Post
« Prev Post
Next
Next Post »
Next Post »
Sekarang media semaunya bikin judul berita padahal isinya tidak sama... sangat mengecewakan...
ReplyDeleteJilbobs Semakin Mancing Nafsu
Kasir Indomaret Yang Menggoda
Kini, Detik dan Kompas pun sudah memakai judul mengandung kata ini dan begini
ReplyDelete