Masa Depan Media Cetak (Koran) Kian Suram
By Romeltea | Published: January 22, 2016
Media cetak kalah bersaing dengan media online. Namun, inkredibilitas situs berita bisa mengangkat kembali popularitas media cetak (koran/suratkabar).
DAMPAK kehadiran media online, masa depan media cetak --dalam hal ini koran/suratkabar-- kian suram. Namun, sebagian kecil media cetak (koran) masih akan esksis --sebagian besar ambruk.
Demikian pemikiran yang terlintas di beka saya ketika "menelaah" dua hasil survei plus satu berita seputar media cetak.
Survei pertama sudah saya share di website Jurusan Komunikasi UIN Bandung tentang masa depan reporter media cetak dan fotografer dan di blog ini -- Jurnalistik Masa Depan Milik Jurnalisme Warga.
Saya kutip data CareerCast yang menempatkan reporter cetak, wartawan foto, dan penyiar radio sebagai profesi tiga profesi yang tidak populer saat ini alias "terburuk" karena masa depannya suram.
.
Menurunnya pamor Newspaper Reporter (Wartawan Media Cetak) disebabkan publik beralih ke media online. Banyak koran gulung tikar karena kehilangan pelanggan dan pengiklan.
Survei kedua saya baca di laman Inside ID. Hasil riset terbaru menyebutkan media online seperti internet, media sosial, dan koran atau majalah elektronik menjadi sumber berita teratas yang digemari oleh masyarakat saat ini.
Koran (media cetak) masih bisa bertahan karena sebuah tradisi pria berupa minum kopi sambil baca koran di pagi hari.
Riset Inside.ID menyatakan, hanya dua dari 10 orang di Indonesia yang masih baca koran. Lebih dari 92% responden menjadikan internet sebagai sumber informasi.
Satu berita yang menguatkan atau membuktikan dua hasil survei itu adalah berita (fakta) ditutupnya Harian Sinar Harapan per 1 Januari 2016. Sebelumnya, Jakarta Globe, Koran Tempo Minggu, dan Harian Bola juga berhenti terbit.
Apakah semua ini berarti masa depan media cetak kian suram? Kejayaan media cetak memang sudah jatuh dilindas kemajuan teknologi internet dengan kehadiran media online, media sosial, jurnalisme warga, dan jurnalisme media sosial.
Namun, menggejalanya jurnalisme umpan klik (clickbait) di kalangan media online (situs berita) dan lemahnya disiplin verifikasi situs berita akan menyebabkan kredibilitas media online juga hancur. Masyarakat kemungkinan kembali beralih ke media cetak (koran) karena media cetak lebih kredibel ketimbang media online.
Demikian saja "analisis" saya seputar masa depan media cetak. Wasalam. (www.romelteamedia.com).*
DAMPAK kehadiran media online, masa depan media cetak --dalam hal ini koran/suratkabar-- kian suram. Namun, sebagian kecil media cetak (koran) masih akan esksis --sebagian besar ambruk.
Demikian pemikiran yang terlintas di beka saya ketika "menelaah" dua hasil survei plus satu berita seputar media cetak.
Survei pertama sudah saya share di website Jurusan Komunikasi UIN Bandung tentang masa depan reporter media cetak dan fotografer dan di blog ini -- Jurnalistik Masa Depan Milik Jurnalisme Warga.
Saya kutip data CareerCast yang menempatkan reporter cetak, wartawan foto, dan penyiar radio sebagai profesi tiga profesi yang tidak populer saat ini alias "terburuk" karena masa depannya suram.
.
Menurunnya pamor Newspaper Reporter (Wartawan Media Cetak) disebabkan publik beralih ke media online. Banyak koran gulung tikar karena kehilangan pelanggan dan pengiklan.
Survei kedua saya baca di laman Inside ID. Hasil riset terbaru menyebutkan media online seperti internet, media sosial, dan koran atau majalah elektronik menjadi sumber berita teratas yang digemari oleh masyarakat saat ini.
Koran (media cetak) masih bisa bertahan karena sebuah tradisi pria berupa minum kopi sambil baca koran di pagi hari.
Riset Inside.ID menyatakan, hanya dua dari 10 orang di Indonesia yang masih baca koran. Lebih dari 92% responden menjadikan internet sebagai sumber informasi.
Internet, media sosial, dan koran elektronik menjadi sumber berita teratas. (Sumber: Inside.ID) |
Apakah semua ini berarti masa depan media cetak kian suram? Kejayaan media cetak memang sudah jatuh dilindas kemajuan teknologi internet dengan kehadiran media online, media sosial, jurnalisme warga, dan jurnalisme media sosial.
Namun, menggejalanya jurnalisme umpan klik (clickbait) di kalangan media online (situs berita) dan lemahnya disiplin verifikasi situs berita akan menyebabkan kredibilitas media online juga hancur. Masyarakat kemungkinan kembali beralih ke media cetak (koran) karena media cetak lebih kredibel ketimbang media online.
Demikian saja "analisis" saya seputar masa depan media cetak. Wasalam. (www.romelteamedia.com).*
Previous
« Prev Post
« Prev Post
Next
Next Post »
Next Post »
Ada begitu banyak orang yang --mungkin-- mengalihkan kuota anggaran informasinya dengan menambah akses internet. Karena informasi, justru lebih masif hadir dari media sosial. Sehingga ketersediaan anggaran untuk membeli koran cetak makin terbatas, dan tak dijadikan prioritas.
ReplyDeleteTapi yang perlu disikapi adalah, cetak pun mulai bergenit-genit mengikuti arus netizen yang berada pada wilayah media online. Iya kalau itu memang penting secara keilmuan jurnalistik. Bagaimana jika judul di media cetak itulah yang dipakai oleh media online dalam melakukan clickbait. Terjebak?
Atau meminjam judulnya pak Bre Redana, "Inikah senjakala media kita?"